Picture
Al-Imam Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata :

Wahai manusia, sesungguhnya aku tengah menasihati kalian, dan bukan berarti aku orang yang terbaik di antara kalian, bukan pula orang yang paling shalih di antara kalian.
Sungguh, akupun telah banyak melampaui batas terhadap diriku. Aku tidak sanggup mengekangnya dengan sempurna, tidak pula membawanya sesuai dengan kewajiban dalam menaati Rabb-nya.
Andaikata seorang muslim tidak memberi nasihat kepada saudaranya kecuali setelah dirinya menjadi orang yang sempurna, niscaya tidak akan ada para pemberi nasihat.
Akan menjadi sedikit jumlah orang yang mau memberi peringatan dan tidak akan ada orang-orang yang berdakwah di jalan Allah ‘Azza wa Jalla, tidak ada yang mengajak untuk taat kepada-Nya, tidak pula melarang dari memaksiati-Nya.
Namun dengan berkumpulnya ulama dan kaum mukminin, sebagian memperingatkan kepada sebagian yang lain, niscaya hati-hati orang-orang yang bertakwa akan hidup dan mendapat peringatan dari kelalaian serta aman dari lupa dan kekhilafan.
Maka terus meneruslah berada pada mejelis-mejelis dzikir (mejelis ilmu), semoga Allah ‘Azza wa Jalla mengampuni kalian. Bisa jadi ada satu kata yang terdengar dan kata itu merendahkan diri kita namun sangat bermanfaat bagi kita. Bertaqwalah kalian semua kepada Allah ‘Azza wa Jalla dengan sebenar-benarnya taqwa dan janganlah kalian mati kecuali dalam keadaan muslim.

*(Mawai’zh lil Imam Al-Hasan Al-Bashri, hal.185-187)

 
Picture
Prinsip Ekonomi Yusuf AS
Oleh Andi Irawan
Dosen Pascasarjana Ekonomi Islam STEI Tazkia


Di dalam ilmu ekonomi ada terminologi penting yang disebut Economic Shock (guncangan Ekonomi). Shock adalah fenomena ekonomi yang terjadi yang memberikan dampak penting bagi variabel-variabel ekonomi penting seperti growth (pertumbuhan), inflasi, unemployment (pengangguran), angka kemiskinan dan lain-lain.
Shock itu ada yang bisa dimanage oleh decision maker negara ada yang tidak. Shock yang sulit dimanage atau dikelola ini biasanya berimplikasi melahirkan krisis ekonomi. Pelemahan nilai tukar hari ini adalah salah satu bentuk shock ekonomi yang penting.
Ketika shock dalam bentuk pelemahan Rupiah gagal dikelola dia bisa berimplikasi krisis ekonomi karena menimbulkan 3 dampak penting yakni inflasi, pelambatan atau kontraksi pertumbuhan dan pengangguran khususnya ketika magnitude dampak yang ditimbulkannya besar dan berdurasi panjang.
Inflasi terjadi karena barang-barang impor yang dibeli dengan Dollar menjadi lebih mahal ketika diukur dengan mata uang domestik. Ketika barang itu adalah barang modal maka ia menimbulkan inflasi karena menaikkan biaya produksi (cost push inflation). Sedangkan ketika yang diimpor itu adalah barang konsumsi, inflasi terjadi karena kenaikan langsung harga barang itu ketika dinilai dengan mata uang domestik (import inflation).
Perlambatan pertumbuhan ekonomi. Bahan baku impor dibeli dalam dolar yang jika dinilai dalam mata uang domestik berarti terjadi kenaikan harga bahan baku atau terjadi kenaikan biaya produksi, padahal produk yang dijual dalam mata uang domestik. Ketika keuntungan yang didapat tidak lagi bisa menutupi biaya yang semakin mahal akibat kenaikan harga bahan baku impor maka sebagian industri kolaps yang berimplikasi pada menurunnya pertumbuhan ekonomi.

Pengangguran meningkat karena industri yang kolaps terpaksa mem-PHK karyawannya atau industri yang masih eksis terpaksa menekan biaya produksi dengan memangkas jumlah tenaga kerja yang dipekerjakannya.
Di dunia hari ini mata uang sudah indentik dengan komoditas. Depresiasi Rupiah yang terjadi karena demand Dollar AS menjadi lebih tinggi dari suplainya sehingga harganya ketika dinilai dengan Rupiah menjadi tinggi. Lalu bagaimana cara yang terbaik melakukan stabilisasi Rupiah agar tidak berimplikasi pada krisis ekonomi.
Sesungguhnya kita bisa belajar tentang philosopi menghadapi krisis dari inovator awal stabilisasi krisis ekonomi dalam sejarah peradaban manusia yakni Nabi Yusuf AS. Prinsip-prinsi Yusuf AS (QS 12; 43-49) tentang stabilisasi krisis tetap up to date untuk diimplementasi hari ini.
Prinsip pertama, sumber kekuatan dari serangan krisis adalah berasal kekuatan ekonomi riil yang dibangun suatu bangsa dalam keadaan ekonomi normal. Kita belajar dari Yusuf AS bagaimana mengatasi krisis pangan dunia, ia mengajarkan bahwa kekuatan mesir saat itu dibangun dari kekuatan pangan domestiknya. Dan kekuatan itu dibangun dalam keadaan normal.
Krisis itu adalah indentik dengan invasi musuh yang mendadak ke satu negara. Hanya musuhnya bukan berbentuk pasukan negara lain tapi guncangan ekonomi. Sebagai ilustrasi, misalkan ada dua negara, negara pertama dengan pasukan yang serius berlatih membangun kekuatan dan kompetisi tampa peduli kapan ia harus terjun menghadapi musuhnya dengan negara kedua dengan pasukan yang lalai berlatih dan menganggap bahwa kondisi aman tidak perlu serius berlatih. Shock terjadi ketika tiba-tiba ada invasi musuh, maka kita bisa memprediksi bahwa negara yang akan mengatasi invasi musuh yang mendadak tersebut adalah negara yang pertama tapi sebaliknya negara kedua akan dikalahkan.
Apa yang kita bisa adopsi dari prinsip Yusuf bagi stabilitas Rupiah yang berkelanjutan dan tidak rawan guncangan? kekuatan suplai valuta asing harus dari kekuatan ekonomi domestik. Hal ini selaras dengan Kaidah Ekonomi Internasional modern yang mengatakan stabilitas mata uang suatu negara akan kokoh jika Cadangan Devisa Nasional kuat dan besar. Cadangan devisa ini sebenarnya indentik dengan kekayaan sumberdaya alam suatu negara. Dalam teori klasik ekonomi internasional tentang back-up nilai tukar disebutkan bahwa emas adalah logam mulia penting yang pernah dijadikan oleh banyak negara dalam era Bretton Woods memback-up nilai tukar mata uang mereka. Semakin besar cadangan emas yang memback-up maka semakin kuat dan stabil nilai tukar uang suatu negara.
Mari sedikit kita berandai-andai, kalau emas yang diproduksi Freeport yang konon telah menghasilkan 724,7 juta ton emas. Kalau semua itu menjadi reserve (cadangan devisa) maka nilainya sama dengan 39,53 triliun Dollar AS. Itu baru dari satu sumber tambang emas. Bagaimana lagi jika semua kekayaan alam negara ini benar-benar kita kelola dengan baik dan menjadi reserve (cadangan devisa) nasional kita, Rupiah pasti sangat kuat dan tidak mudah goyah dengan gejolak ekonomi eksternal apapun.
Kita harus membangun kekuatan suplai valuta asing dari kekuatan riil ekonomi nasional bukan dari kekuatan ekonomi yang bersifat gelembung. Penguatan nilai tukar rupiah jangan kita gantungkan pada capital inflow karena rawan berubah-ubah tergantung pada ekspetasi investor Portofolio yang rawan spekulasi dan gambling.
Kekuatan Rupiah harus didasarkan pada kekuatan rill ekonomi yakni melalui investasi riil domestik dan kekuatan perdagangan internasional kita. Dan untuk itu kita tidak boleh abai dalam mengembangkan efiensi kelembagaan pasar ekspor dan investasi, membangun infrastruktur yang kuat dan mencetak SDM yang trampil yang menguasai teknologi dan inovasi.
Prinsip kedua dari Yusuf AS adalah kemampuan mengembangkan prinsip menahan kepentingan sesaat hari ini demi kepentingan bersama yang berkelanjutan di masa mendatang.
Kalau kita merujuk prinsip Yusuf AS, maka melemahnya Rupiah adalah momen untuk menahan kepentingan sesaat berupa kegandrungan kita terhadap impor yang sangat tinggi. Momen ini kita pakai untuk menaikkan kekuatan ekonomi domestik. Melemahnya rupiah, misalnya adalah momen penting untuk mencapai swasembada daging, gula, jagung, sayur-buah dan kedelai bukan sebaliknya tetap berpikir jalan pintas dengan impor. []

*REPUBLIKA (6/9/2013)
Repost dari : pkspiyungan.org

 
Picture
Dr. Al Qadhi, melalui penelitiannya yang panjang dan serius di Klinik Besar Florida Amerika Serikat, berhasil membuktikan hanya dengan mendengarkan bacaan ayat-ayat Alquran, seorang Muslim, baik mereka yang berbahasa Arab maupun bukan, dapat merasakan perubahan fisiologis yang sangat besar.

Penurunan depresi, kesedihan, memperoleh ketenangan jiwa, menangkal berbagai macam penyakit merupakan pengaruh umum yang dirasakan orang-orang yang menjadi objek penelitiannya. Penemuan sang dokter ahli jiwa ini tidak serampangan.

Penelitiannya ditunjang dengan bantuan peralatan elektronik terbaru untuk mendeteksi tekanan darah, detak jantung, ketahanan otot, dan ketahanan kulit terhadap aliran listrik. Dari hasil uji cobanya ia berkesimpulan, bacaan Alquran berpengaruh besar hingga 97% dalam melahirkan ketenangan jiwa dan penyembuhan penyakit.

Penelitian Dr. Al Qadhi ini diperkuat pula oleh penelitian lainnya yang dilakukan oleh dokter yang berbeda. Dalam laporan sebuah penelitian yang disampaikan dalam Konferensi Kedokteran Islam Amerika Utara pada tahun 1984, disebutkan, Al-Quran terbukti mampu mendatangkan ketenangan sampai 97% bagi mereka yang mendengarkannya.

Kesimpulan hasil uji coba tersebut diperkuat lagi oleh penelitian Muhammad Salim yang dipublikasikan Universitas Boston. Objek penelitiannya terhadap 5 orang sukarelawan yang terdiri dari 3 pria dan 2 wanita. Kelima orang tersebut sama sekali tidak mengerti bahasa Arab dan mereka pun tidak diberi tahu bahwa yang akan diperdengarkannya adalah Al-Qur’an.

Penelitian yang dilakukan sebanyak 210 kali ini terbagi dua sesi, yakni membacakan Al-Qur’an dengan tartil dan membacakan bahasa Arab yang bukan dari Al-Qur’an. Kesimpulannya, responden mendapatkan ketenangan sampai 65% ketika mendengarkan bacaan Al-Qur’an dan mendapatkan ketenangan hanya 35% ketika mendengarkan bahasa Arab yang bukan dari Al-Qur’an.

Al-Qur’an memberikan pengaruh besar jika diperdengarkan kepada bayi. Hal tersebut diungkapkan Dr. Nurhayati dari Malaysia dalam Seminar Konseling dan Psikoterapi Islam di Malaysia pada tahun 1997. Menurut penelitiannya, bayi yang berusia 48 jam yang kepadanya diperdengarkan ayat-ayat Al-Qur’an dari tape recorder menunjukkan respons tersenyum dan menjadi lebih tenang.

Sungguh suatu kebahagiaan dan merupakan kenikmatan yang besar, kita memiliki Al-Qur’an. Selain menjadi ibadah dalam membacanya, bacaannya memberikan pengaruh besar bagi kehidupan jasmani dan rohani kita. Jika mendengarkan musik klasik dapat memengaruhi kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan emosi (EQ) seseorang, bacaan Al-Qur’an lebih dari itu. Selain memengaruhi IQ dan EQ, bacaan Al-Qur’an memengaruhi kecerdasan spiritual (SQ).

Mahabenar Allah yang telah berfirman, “Dan apabila dibacakan Al-Qur’an, simaklah dengan baik dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat” (Q.S. 7: 204).

(zilzaal/arrahmah.com)